Oleh Rani Prastuti, S.Pd
SMK Negeri 7 Baleendah
SAMBAS MEDIA – Malas adalah kondisi psikologis seseorang yang menunjukkan kecenderungan untuk menghindari aktivitas, terutama yang menuntut usaha fisik maupun mental. Orang yang malas cenderung menunda-nunda, tidak menyelesaikan tugas dan enggan mengambil tanggung jawab.
Keadaan emosional dimana seseorang merasa bosan, kehilangan minat, atau tidak lagi merasakan kepuasan dari suatu aktivitas yang sebelumnya dianggap menarik atau menyenangkan disebut jenuh. Kejenuhan biasanya terjadi akibat rutinitas yang monoton, kurangnya variasi, serta minimnya tantangan dan stimulasi mental. Akibatnya, individu merasa tidak tertarik, cepat lelah secara mental, dan tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas yang bersifat berulang ulang atau tidak memberi makna. Dalam konteks pekerjaan atau pendidikan, kejenuhan bisa menurunkan keterlibatan, konsentrasi, dan produktivitas seseorang.
Rasa malas sering kali menjadi awal dari siklus tidak produktif yang kemudian berkembang menjadi kejenuhan. Kedua hal ini terjadi karena rasa malas cenderung mendorong seseorang untuk menunda tugas atau enggan memulai pekerjaan, sedangkan kejenuhan membuat individu kehilangan motivasi dan fokus dalam menjalani aktivitas. Kondisi ini, apabila tidak segera ditangani, berpotensi menciptakan siklus negatif yang menghambat produktivitas secara menyeluruh.
Siklus ini dimulai dari kemalasan yang menyebabkan seseorang menunda tugas, kehilangan disiplin, dan menghindari tanggung jawab. Ketika aktivitas yang seharusnya diselesaikan tertunda atau diabaikan, individu akan mulai merasa tertinggal, frustrasi, atau bahkan tidak percaya diri. Kejenuhan yang terus berlanjut memperkuat rasa tidak bermakna terhadap aktivitas sehari-hari, membuat individu semakin kehilangan motivasi dan tujuan. Ketika siklus ini telah berlangsung cukup lama, dampaknya tidak hanya terlihat pada produktivitas individu saja, tetapi juga merembet ke aspek sosial, profesional, dan bahkan kesehatan mental. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin, baik melalui pendekatan psikologis, perubahan pola pikir, maupun pengaturan lingkungan yang lebih mendukung.