SAMBAS MEDIA, BANDUNG – Sampah masih menjadi pekerjaan rumah terbesar Kota Bandung. Namun, dari wilayah barat kota, sebuah capaian spektakuler lahir. Kecamatan Bandung Kulon berhasil menangani 62,8% dari total timbulan harian, jauh di atas rata-rata kecamatan lain yang masih di bawah 50 persen.

Sorotan utama keberhasilan ini datang dari Kelurahan Gempolsari. Beberapa tahun silam, wilayah ini identik dengan “gunungan sampah” yang menumpuk di berbagai titik. Kondisi tersebut mengundang keresahan warga.
Namun kini, wajah Gempolsari berubah total. Melalui langkah berani Camat Bandung Kulon, Dadang Setiawan, S.IP., M.Si, yang menginisiasi kolaborasi antara kecamatan, kelurahan, dan masyarakat, Gempolsari menjelma menjadi pusat inovasi pengelolaan sampah terpadu.
Surplus 249%: Dari 14 Ton Jadi 35 Ton Per Hari
Dengan timbulan harian sekitar 14 ton, Gempolsari kini mampu mengolah 35 ton sampah per hari, atau 249 persen dari kebutuhannya. Surplus ini membuat Gempolsari bukan hanya bersih, tetapi juga mampu membantu menampung sampah dari kelurahan lain.
TPST MOTAH 21-32 Bakul Agamis: Pusat Inovasi
Keberhasilan Gempolsari tidak lepas dari keberadaan TPST MOTAH 21-32 Bakul Agamis, yang menjadi pusat inovasi pengelolaan sampah. Di dalamnya, berbagai metode diterapkan:
- MOTAH (Mesin Olah Runtah) untuk efisiensi pengolahan sampah.
- Buruan SAE memanfaatkan pekarangan untuk pertanian keluarga.
- Magotisasi mengubah sampah organik jadi pakan ternak.
- Bata Terawang memanfaatkan residu sebagai bahan bangunan.
- Penyeumisasi mengurangi bau dengan bioaktivator.
- Biodigester mengubah organik menjadi energi biogas.
- Bank Sampah sebagai wadah pengumpulan pilahan rumah tangga.