Sementara itu, di Bank Sampah KB Soka, bantuan mencakup kendaraan triseda angkut sampah, peralatan operasional, hingga digitalisasi sistem pencatatan. Selain itu, masyarakat juga diberikan pelatihan untuk mengolah limbah menjadi produk bernilai ekonomi, seperti sabun aromaterapi dari minyak jelantah.

RCEO BRI Region 9 Bandung, Sadmiadi, menegaskan bahwa program ini tidak hanya menitikberatkan pada penyediaan alat, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat.
“Melalui Program Yok Kita GAS, kami ingin mendorong munculnya kesadaran, keterampilan, dan peluang usaha baru dari pengelolaan sampah. Ini adalah langkah nyata dalam menciptakan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan,” ujar Sadmiadi.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada sinergi antara berbagai pihak: pengelola pasar, komunitas, masyarakat lokal, pemerintah daerah, dinas terkait, dan mitra pelaksana. Diharapkan, model ini dapat direplikasi di kota lain sebagai solusi pengelolaan sampah yang efektif dan inklusif.***
(Red)