Budaya “Sanajan…” juga sangat selaras dengan filosofi hidup Sunda yang menjunjung nilai “someah hade ka semah,” “silih asah, silih asih, silih asuh,” dan “tata titi, tatanen jeung tutuwuhan.” Semua nilai ini menekankan bahwa dalam kondisi apapun, orang Sunda diajarkan untuk tetap kuat, lemah lembut, dan adaptif terhadap perubahan. “Sanajan digoyang ku angin zaman, urang ulah rubuh, sabab akar budaya urang jero jeung kuat.”
Di lingkungan masyarakat, penerapan semangat ini bisa sangat terasa dalam kegiatan gotong royong. Misalnya, saat membangun jalan kampung, jangan mulai dengan alasan: “Atuda teu aya dana ti pusat,” tapi ganti dengan, “Sanajan can aya bantuan, urang bisa ngamimitian jeung swadaya.” Semangat seperti ini akan mendorong partisipasi aktif, mempererat hubungan sosial, dan membangun rasa kepemilikan yang kuat terhadap lingkungan sekitar.
Bagi generasi muda, “Sanajan…” adalah simbol keberanian dan daya juang. Di tengah persaingan global dan tantangan dunia kerja yang semakin kompleks, pemuda Jawa Barat bisa mengucapkan dengan bangga: “Sanajan kuring asal ti lembur leutik, abdi tiasa nyieun inovasi nu bisa mangpaat pikeun balaréa.” Kalimat ini tidak hanya memotivasi diri, tapi juga memberi inspirasi bagi sesama.
Di ranah spiritual, semangat “Sanajan…” sangat erat dengan nilai ketawakalan dan keimanan. “Sanajan diuji ku kaayaan, abdi yakin Gusti moal salah maparin cobaan.” Dengan cara ini, masyarakat Jawa Barat tidak hanya diajak untuk kuat secara lahir, tapi juga tangguh secara batin. Dalam segala keterbatasan, tetap ada cahaya harapan yang dijaga dengan doa dan kerja keras.